Senin, 24 Agustus 2009

Tingkatan orang yang berpuasa



Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Tingkatan orang yang berpuasa
1. Puasa Orang Awam.
Adalah orang yang berpuasa dengan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.
2. Puasa orang khusus.
Adalah disamping menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, juga menjaga diri dari hal-hal yang bisa membatalkan nilai-nilai puasa; menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan semua anggota badan dari berbagai dosa.
3. Puasa Orang Super Khusus; puasa hati dari keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga; juga menahan hati dari selain Allah Swt.

Adapun puasa khusus adalah puasa orang-orang yang shalih yaitu menahan anggota badan dari berbagai dosa. Sedangkan kesempuranaannya adlah denga enam perkara:

Pertaman : Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang dicela dan dibenci, kesetiap hal yang bias menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingat Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:
“Pandangan adalah salah satu anak panah beracun diantara anak panah Iblis. Barang siapa meninggalkannay karena takut kepada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatannya didalam hatinya.” (HR. Al-Hakim)

Kedua: Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar , pertengkaran, dan perdebatan; mengendalikannya dengan diam, menyibukkannya denga dzikrullah dan tilawah Al-qur’an. Itulah puasa lisan.
Sufyan Berkata : Ghibah dapat merusak puasa. Basyar bin Harist meriwayatkan darinya. Laits meriwayatkan dari mujahid: Dua hal yang dapat merusak puasa, Ghibah dan dusta. Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya puasa tidak lain adalah perisai; apabila salah seorang diantara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh; dan jika da yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengtakan sesungguhnya aku berpuasa sesungguhnya aku berpuasa
(HR. Bukhari Muslim)

Ketiga : Menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap hal yang dilarang perkatannya haram pula mendengarkannya.
Firman Allah Swt dalam QS. Al-Maidah : 42
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram”.

Keempat : Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai dosa, sperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa / berbuka.

Kelima : Tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai perutnya penuh.

Keenam : Hendaknya setelah ifthar hatinya tergantung dan terguncang antara cemas dan harap, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima sehingga termasuk golongan muqarrabin atau ditolak sehingga termasuk orang-orang yang dimurkai.

sumber :Intisari Ihya Ulumuddin Al-Ghazali "Mensucikan Jiwa"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar