Selasa, 04 Agustus 2009

Cerita Muallaf

Islam adalah agama yang benar, yang semakin dikaji maka semakin terungkap kebenarannya, berapa banyak orang-orang yang mendapatkan hidayah yang pada awal mulanya ingin mencari kelemahan Islam tapi justru yang didaptkan adalah kebenaran.

Wayan Suwarni, sepintas membaca namanya maka yang terbayang dalam benak kita bahwa pasti dia adalah orang Bali, dan memang demikianlah kenyataannya. Tapi yang mungkin kita tidak mengenalnya kalau dia adalah seorang Muslimah. Ya, dia seorang muallaf. Ditemui dikediamnnya dia menceritakan kisahnya bagaimana dia mengenal Islam, dan akhirnya menjadi pilihan, serta beratnya tantangan yang dihadapi.
Wanita kelahiran Bali ini menceritakan bahwa dia mengenal Islam ketika tahun 1990-an. Pertama-tama dia tertarik dengan suara azan, “ketika mendengar azan perasaan saya kok tenang, adem, dan perasaan-perasan lain yang membuat hati saya merinding”. Ujarnya. Sejak saat itulah dia memulai pengembaraannya mencari kebenaran Islam.

Dia sangat senang dengan ceramah-ceramah KH. Zainuddin ,MZ, kemudian banyak membaca buku-buku Islam. Selama dalam pencarian akan kebenaran Islam, orang tuanya sudah tahu dan berusaha menghalanginya untuk masuk Islam. Sekitar tahun 1996 keinginan itu semakin kuat, tapi masih takut dan khawatir dengan keluarga, akhirnya keinginannya untuk masuk Islam tak tertahankan, “saya takut jangan sampai meninggal sedangkan saya belum Islam” ujarnya.

Akhirnya tahun 2001 dia bertekad masuk Islam apapun resikonya, maka dengan mantap dia mengikrarkan dua kalimat syahadat sekalipun dengan cara sembunyi-sembunyi, dia di Islamkan oleh H. Abu Ali.

“Waktu itu bulan Ramadhan sayapun sudah melaksanakan ibadah puasa, namun satu minggu kemudian saya sakit, disitulah ketahuan kalau saya sedang puasa dan sudah menjadi Muslimah, merka semua marah dan bahkan saya diperlakukan dengan kasar, dipukul, ditendang, dan bahkan diancam akan dibunuh dengan cara dimutilasi, saya diambilkan parang, tapi untung masih ada keluarga lain yang menghalangi. Malam itu saya diusir dari rumah”. Kenangnya.

Maka diapun meninggalkan rumah dan tinggal dirumah salah seorang Muslimyang dia anggap sebagai orang tua angkat, dialah yang banyak memberikan dorongan dan motivasi supaya bersabar dan tetap istiqomah.

Katika ditanya bagaimana perasaannya setelah masuk sebelum dan setelah masuk Islam?.

“Kalau sebelum Islam tidak pernah merasa tenang, dan selalu gelisah, hampa dan tidak ada tujuan, Pada saat pergi ke tempat ibadah yang saya rindukan adalah Masjid. Setelah masuk Islam hati saya sudah tenang dan terarah, dan juga mempunyai tujuan yang jelas, apa pun yang terjadi saya serahkan kepada Allah, dan saya tidak pernah ragu untuk melangkah” Jawanya.

“Suatu hari ketika saya sakit, saya bilang ke suster yang kebetulan seorang Muslimah, “suster … kalau nanti saya ada apa-apa, tolong jadi saksi nanti bagi saya di akhirat bahwa saya adalah seorang Muslimah”.

Tahun 2002 akhirnya dia hijrah ke Makassar dan kuliah di Unismuh, dan Alhamdulillah sekarang sudah menjadi PNS di salah satu instansi pemerintah.
Wayan Suwarni adalah salah satu anggota PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) Kota Makassar, sekalipun dia bukan warga keturunan Tionghoa, tapi PITI adalah salah satu organisasi yang tebuka kepada siapa saja, bahkan di PITI ada muallaf dari Toraja, Bali, dan sebagainya, kini dia aktif dipengajian PITI yang dilaksanakan setiap hari Ahad sore.

Semoga istiqomah saudariku …

Hasil wawancara Badaruddin Basir, pada Hari Selasa 28 Juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar