Rabu, 10 Februari 2016

Hikmah beriman kepada hari akhirat

  Edisi 7 : Jum’at, 2 Jumadil Ula 1437 H./ 12  February 2016

Salah satu rukun iman yang wajib kita yakini adalah beriman akan adanya hari akhirat, kehidupan manusia terbagi menjadi dua: kehidupan pendek di Darul ‘Amal dan kehidupan abadi di Darul Jaza.
Darul ‘Amal (tempat beramal) adalah bumi atau dunia yang kita tempati sekarang ini sampai batas waktu tertentu yang amat singkat. Dunia adalah tempat dan waktu yang diberikan kepada kita untuk melakukan amal yang kita kehendaki seperti orang-orang sebelum kita yang juga telah mengalaminya. Allah swt. berfirman:
“Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun akantetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Fathir: 44-45)
Setiap lewat sehari, kesempatan hidup pun berkurang dan kita semakin dekat dengan Darul Jaza (negeri balasan). Dan bila kesempatan itu benar-benar habis, hidup di dunia ini terasa kurang dari sesaat. Allah swt berfirman:
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.” (Yunus: 45)
Sedangkan yang dimaksud dengan Darul Jaza adalah negeri akhirat, tempat manusia mendapatkan balasan semua perbuatannya di Darul Amal. Dan maut adalah titik perpindahan dari Darul Amal ke Darul Jaza. Allah swt. berfirman:
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmu-lah kamu akan dikembalikan.’ Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): ‘Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal shalih, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.'” (As-Sajadah: 11-12)
“Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: ‘Apakah belum pernah datang kepadamu Rasul-Rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?’ Mereka menjawab: ‘Benar (telah datang).’ Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. Dikatakan (kepada mereka): ‘Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya.’ Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.’ Dan mereka mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki; maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.’ Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.'” (Az-Zumar: 70-75)
Hari Akhir adalah Bukti Keadilan Ilahi
Iman seorang mukmin kepada hari akhir punya dalil yang kuat. Dalil yang utama adalah informasi semua Rasul, tanpa kecuali, tentang hakikat hari akhir yang mereka terima dari Allah swt. Para Rasul adalah orang-orang yang telah menunjukkan kepada manusia bukti-bukti kebenaran risalah mereka. Namun disamping itu ada juga dalil-dalil aqli (logika).
Ada banyak dalil aqli. Tapi, salah satunya adalah dalil logika keadilan Ilahi.
Dalam diri manusia ada perasaan cinta kepada keadilan. Ini perasaan yang membuat manusia membenci kezaliman. Pencipta perasaan cinta keadilan dalam diri manusia ini adalah Allah swt., Pencipta manusia, dan merupakan aksioma bahwa Sang Pencipta lebih agung dan lebih sempurna dari ciptaan-Nya, dan bagi Allah segala perumpamaan yang sempurna.
Jadi, keadilan Allah swt. jelas Maha Sempurna, sedangkan makhluknya tidak. Jika rasa keadilan dalam diri manusia menolak perlakuan sama antara orang zalim dan yang terzalimi, antara pembunuh dengan korban terbunuh, orang yang taat dengan yang membangkang, maka keadilan Ilahi yang sempurna tentunya lebih menolak penyamaan antara si zalim dengan yang dizalimi, antara pembunuh dan terbunuh, antara yang taat dan yang melakukan maksiat, antara mukmin dengan kafir, dan antara orang baik dan orang jahat. Allah swt. berfirman:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (Shad: 27-28)
Namun kita tidak mendapati keadilan sempurna di dunia. Belum ada balasan yang setimpal atas semua perbuatan manusia yang baik maupun buruk. Dengan logika keadilan Ilahi yang tak mungkin diragukan, kita beriman bahwa penghitungan dan balasan amal yang seadil-adilnya itu akan kita temui di hari akhir sebagaimana diinformasikan oleh semua Rasul a.s.
Buah beriman kepada hari akhir
1. Cinta dan semangat dalam melaksanakan ketaatan, mengharapkan ganjaran pada hari itu.
Mencintai sebuah ketaatan merupakan sebuah anugerah dari Allah  bagi siapa yang dikehendaki-Nya, begitu juga bersemangat tinggi terhadapnya. Orang yang cinta, dia tidak memiliki beban dalam melaksanakan ketaatan tersebut.
Kita telah mengetahui bahwa bentuk ketaatan yang paling besar di dalam agama adalah mewujudkan ketauhidan kepada Allah . Allah  berfirman:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkann agar mereka beribadah kepada-Ku.”(Adz-Dzariyat: 56)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  berkata: “Nabi  memerintahkan setiap orang yang beriman untuk bersemangat melaksanakan segala yang bermanfaat dan meminta bantuan kepada Allah , dan ini sangat sesuai dengan firman Allah l ‘Kepada-Mulah kami menyembah dan kepada-Mulah kami meminta‘. Juga seruan Nabi Hud : ‘Sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya.’ Maka semangat untuk meraih yang bermanfaat bagi seorang hamba adalah semangat dalam ketaatan kepada Allah  dan menyembah-Nya, karena yang paling bermanfaat baginya adalah ketaatan kepada Allah . Tidak ada yang paling bermanfaat bagi seorang hamba kecuali itu. Segala sesuatu yang membantu dalam ketaatan kepada Allah , merupakan suatu ketaatan pula, kendatipun perkara itu adalah mubah.” (Lihat Amradhul Qulub hal. 50)
Beliau  juga berkata: “Sesungguhnya semua kebaikan itu ada dalam ketaatan kepada Allah  dan Rasul-Nya. Sedangkan semua kejahatan itu terletak dalam bermaksiat kepada Allah  dan Rasul-Nya.” (Iqamatu Ad-Dalil ‘ala Ibthalu At-Tahlil 3/54)
2. meninggalkan maksiat dan tidak meridhainya karena takut akan azab pada hari itu.
Menyelamatkan diri dari perbuatan maksiat dan melindungi diri darinya merupakan sebuah anugerah yang besar dari Allah , bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Karena tidak ada satu pun bentuk kemasiatan melainkan sangat digandrungi oleh jiwa, bersamaan dengan itu amat sangat sejalan dengan keinginan Iblis dan bala tentaranya. Siapa yang tidak menyukai kemaksiatan akan menjadi ejekan dan olokan Iblis sekaligus menjadi sasaran bisikan jahatnya. Orang yang beriman kepada hari akhir akan berusaha untuk menyabarkan diri dari segala perbuatan maksiat yang disenangi oleh nafsu dan setan. Semuanya ini dia lakukan semata-mata mengharapkan balasan dan ganjaran pada hari kekekalan.
Allah  berfirman
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(Az-Zumar: 10)
 3. Hiburan bagi orang yang beriman.
Adanya hari akhir bagi orang yang beriman sesungguhnya merupakan penghibur. Mengapa? Karena Allah  telah mempersiapkan segala kesenangan yang tidak pernah didapatkan di dunia sebagai balasan dan ganjaran dari sisi-Nya. Surga sebagai tempat kenikmatan yang akan diberikan kepada orang-orang yang menutup kehidupan di atas ketaatan, dan melihat Allah sebagai kenikmatan yang paling besar buat mereka.
Kalau kita mau melihat dengan kacamata yang bersih, niscaya kita akan mengetahui bahwa tidaklah berarti kekurangan dan kesengsaraan hidup di dunia bila diganti dan dibandingkan dengan kesenangan yang dipersiapkan oleh Allah  di sisinya kelak. Ironisnya, hal ini seringnya luput dari benak. Di mana orang merasa hina jika dia menjadi pekerja rendahan, pencari kayu bakar, tukang becak, pemulung, dan sebagainya. Padahal jika dia bersabar, itu hanyalah sesaat untuk kemudian mendapatkan kenikmatan yang abadi dan tidak berakhir. Mungkin orang akan selalu bersedih terhadap segala ujian yang menimpanya. Bahkan karena besarnya ujian yang disertai tertutupnya jalan keluar, seringkali seseorang putus asa dengan mengakhiri hidupnya dengan cara yang sadis dan tidak masuk akal. Hal ini terjadi karena tidak adanya iman, atau lemahnya iman pada dirinya akan adanya hari akhir sebagai hari pembalasan.
Allah Swt.  berfirman:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah: 214)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”(Ali ‘Imran: 142)
Jihad dapat berarti:
1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam;
2. memerangi hawa nafsu;
3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam;
4. memberantas yang batil dan menegakkan yang haq.
Wallahu a’lam
Diambil dari berbagai sumber