Senin, 24 Agustus 2009

Tingkatan orang yang berpuasa



Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Tingkatan orang yang berpuasa
1. Puasa Orang Awam.
Adalah orang yang berpuasa dengan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.
2. Puasa orang khusus.
Adalah disamping menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, juga menjaga diri dari hal-hal yang bisa membatalkan nilai-nilai puasa; menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan semua anggota badan dari berbagai dosa.
3. Puasa Orang Super Khusus; puasa hati dari keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga; juga menahan hati dari selain Allah Swt.

Adapun puasa khusus adalah puasa orang-orang yang shalih yaitu menahan anggota badan dari berbagai dosa. Sedangkan kesempuranaannya adlah denga enam perkara:

Pertaman : Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang dicela dan dibenci, kesetiap hal yang bias menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingat Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:
“Pandangan adalah salah satu anak panah beracun diantara anak panah Iblis. Barang siapa meninggalkannay karena takut kepada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatannya didalam hatinya.” (HR. Al-Hakim)

Kedua: Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar , pertengkaran, dan perdebatan; mengendalikannya dengan diam, menyibukkannya denga dzikrullah dan tilawah Al-qur’an. Itulah puasa lisan.
Sufyan Berkata : Ghibah dapat merusak puasa. Basyar bin Harist meriwayatkan darinya. Laits meriwayatkan dari mujahid: Dua hal yang dapat merusak puasa, Ghibah dan dusta. Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya puasa tidak lain adalah perisai; apabila salah seorang diantara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh; dan jika da yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengtakan sesungguhnya aku berpuasa sesungguhnya aku berpuasa
(HR. Bukhari Muslim)

Ketiga : Menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap hal yang dilarang perkatannya haram pula mendengarkannya.
Firman Allah Swt dalam QS. Al-Maidah : 42
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram”.

Keempat : Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai dosa, sperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa / berbuka.

Kelima : Tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai perutnya penuh.

Keenam : Hendaknya setelah ifthar hatinya tergantung dan terguncang antara cemas dan harap, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima sehingga termasuk golongan muqarrabin atau ditolak sehingga termasuk orang-orang yang dimurkai.

sumber :Intisari Ihya Ulumuddin Al-Ghazali "Mensucikan Jiwa"

Kamis, 20 Agustus 2009

Kesalahan-Kesalahan Dalam Bulan Ramadhan (2)

...sambungan
12. Tergesa-gesa dalam shalat.
Sebagian imam-imam masjid dalam shalat tarawih amat tergesa-gesa dalam shalatnya. Mereka melakukan gerakan-gerakan dalam shalatnya dengan amat cepat, sehingga menghilangkan maksud shalat itu sendiri. Mereka dengan cepat membaca ayat-ayat suci Al- Qur'an, padahal semestinya ia membaca secara tartil. Mereka tidak thuma'ninah (tenang) ketika ruku', sujud, bangun dari ruku' dan ketika duduk antara dua sujud, ini adalah tidak boleh dan shalat menjadi tidak sempurna karenanya.
Seyogyanya setiap imam thuma'ninah ketika berdiri, duduk, ruku', sujud, bangun dari ruku' dan ketika duduk antara dua sujud.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada orang yang tidak thuma'ninah dalam shalatnya, artinya: "Kembalilah, lalu shalatlah karenasesungguh-nya engkau belum shalat." (Muttafaq Alaih).

Dan seburuk-buruk pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya. Yakni ia tidak menyempurnakan ruku', sujud dan bacaan dalam shalatnya.

Shalat adalah timbangan, barangsiapa menyempurnakan timbangannya maka akan disempurnakan untuknya. Sebaliknya, barangsiapa curang maka Neraka Wail-lah bagi orang-orang yang curang.

13. Memanjangkan doa' qunut,
Berdo'a dengan do'a-do'a yang bukan dituntunkan Nabi shallallahu alaihi wasallam, hal yang terkadang membuat bosan dan keengganan para makmum shalat bersamanya.

Sebenarnya, do'a yang dituntunkan Rasul shallallahu alaihi wasallam dalam qunut witir adalah ringan dan mudah. Dari Hasan bin Ali radhiallahuanhuma , ia berkata:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajariku beberapa kalimat yang aku ucapkan (sebagai do'a) dalam qunut witir yaitu:
"Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang Engkau beri petunjuk, berilah aku ampunan sebagaimana orang yang Engkau beri ampunan, uruslah aku sebagaimana orang yang Engkau urus, berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku, jauhkanlah aku dari kejelekan qadha' (ketentuan)Mu, sesungguhnya Engkau yang menentukan qadha' dan tidak ada yang memberi qadha' kepadaMu, sesungguhnya orang yang Engkau tolong tidak akan terhina, dan orang yang Engkau musuhi tidak akan mulia, Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami dan Mahatinggi Engkau." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan). Dan tidak diketahui dari Nabi shallallahu alaihi wasallam do'a qunut yang lebih baik dari ini.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam pada akhir shalat witir mengucapkan:
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridhaMu dari kemurkaanMu, dan dengan ampunanMu dari siksaMu dan aku berlindung kepadaMu daripada (murka dan siksa)Mu, aku tidak (bisa) menghitung (banyaknya) pujian atasMu sebagaimana pujianMu atas DiriMu Sendiri." (HR. Ahmad dan Ahlus Sunan).

14. Tidak memperhatikan sunnah.
Adalah sunnah setelah salam dari shalat witir mengucapkan:
"Maha Suci Tuhan Yang Maha Menguasai dan Mahasuci." sebanyak tiga kali. Ini berdasarkan hadits riwayat Abu Daud dan Nasa'i dengan sanad shahih. Tetapi, banyak orang yang tidak mengucapkannya. Untuk itu, para imam dan penceramah perlu mengingatkan jama'ahnya dalam masalah ini.

15. Mendahului imam.
Banyak didapati para makmum mendahului imam dalam shalat tarawih dan shalat-shalat lainnya, baik dalam memulai gerakan ketika ruku', sujud, berdiri atau duduk. Ini adalah tipu daya setan dan salah satu bentuk peremehan terhadap masalah shalat.

Ada empat kondisi antara makmum dengan imamnya dalam shalat jama'ah. Satu daripadanya dianjurkan dan tiga kondisi lainnya dilarang. Tiga kondisi yang dilarang itu adalah makmum mendahului imam, menyelisihi (terlambat daripada)nya dan menyamai (berbarengan dengan)nya. Adapun satu kondisi yang dianjurkan bagi makmum yaitu mengikuti imam. Dalam shalatnya, para makmum dianjurkan langsung mengikuti pekerjaan-pekerjaan shalat imamnya. Jadi, makmum tidak boleh mendahului gerakan-gerakan imam, juga tidak boleh membarengi atau terlambat daripadanya.

Orang yang mendahului gerakan imam, shalatnya adalah batal. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: "Tidakkah takut orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah mengubah kepalanya menjadi kepala keledai atau mengubah rupanya menjadi rupa keledai?" (Muttafaq Alaih).

Hal ini disebabkan oleh shalatnya yang jelek sehingga ia tidak mendapatkan pahala daripadanya. Seandainya dia dianggap telah shalat tentu ia diharapkan mendapatkan pahala. Dan tak diragukan lagi, pengubahan Allah kepalanya menjadi kepala keledai adalah salah satu bentuk siksaanNya.

16. Makmum membaca mushaf.
Sebagian makmum ada yang membawa mushaf Al-Qur'an ketika shalat tarawih, mereka mengikuti bacaan imam dengan melihat mushaf Al-Qur'an. Pekerjaan ini adalah tidak disyari'atkan dan juga tidak didapatkan dalam amalan para salaf. Ia tidak boleh dilakukan kecuali bagi orang yang ingin membetulkan imam jika salah.

Yang diperintahkan kepada makmum adalah mendengarkan bacaan imam dengan diam. Hal ini berdasarkan firman Allah, artinya, "Dan apabila dibacakan Al-Qur'an maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat."( Al A'raf: 204).

Imam Ahmad berkata: "Banyak orang sepakat bahwa ayat ini maksudnya adalah ketika dalam keadaan shalat". Lalu, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin juga telah mengingatkan dalam "At- Tanbiihat 'Alal Mukhaalafati Fis Shalah", beliau berkata, "Sesungguhnya pekerjaan ini (makmum membaca mushaf Al-Qur'an ketika shalat) menjadikan makmum tidak khusyu' dan tadabbur dalam shalatnya, karena itu ia termasuk pekerjaan sia-sia."

17. Mengeraskan do'a qunut.
Sebagian imam masjid mengeraskan suaranya ketika do'a qunut lebih dari yang seharusnya. Padahal tidak diperkenankan mengeraskan suara kecuali sebatas agar bisa didengar oleh makmum, dan sesungguhnya Allah berfirman, artinya: "Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Al- A'raaf : 55).

Ketika para sahabat mengeraskan suara saat bertakbir, seketika Rasulullah shallallahu alaihi wasalam melarang mereka dari yang demikian, seraya bersabda: "Rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya kamu tidak berdo'a kepada Dzat yang tuli, tidak pula ghaib."(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

18. Memendekkan bacaan shalat.
Sebagian besar imam-imam masjid dalam shalat-shalat yang disyari'atkan tidak memanjangkan bacaan seperti ketika shalat tarawih dan shalat kusuf (gerhana), mereka tidak memanjangkan bacaan bahkan sebagiannya melakukan ruku', sujud, bangun dari ruku' dan duduk antara dua sujud dengan sangat cepat.

Shalat yang disyari'atkan adalah shalat yang sesuai dengan teladan dan petunjuk Nabi shallallahu alaihi wasallam. Adapun ukuran ruku' dan sujud Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah tak jauh berbeda dengan saat beliau berdiri. Dan bila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengangkat kepalanya dari ruku', beliau diam berdiri (lama) sehingga seorang sahabat berkata beliau telah lupa. Dan jika beliau mengangkat kepalanya dari sujud beliau duduk lama sehingga ada sahabat yang berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah lupa. Al-Bara' bin Azib radhiallahu anhu berkata: "Aku shalat bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam maka aku dapati berdirinya, ruku'nya, sujudnya dan duduknya antara dua sujud hampir sama (antara semuanya)". Dalam riwayat lain disebutkan, "Tidaklah (beliau) berdiri kecuali hampir sama dengan duduknya." Maksudnya, bila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memanjangkan berdirinya, maka beliau juga memanjangkan ruku', sujud dan duduk antara dua sujud.

Sebaliknya, jika beliau meringankan berdirinya (tidak terlalu lama) maka beliau juga meringankan ruku', sujud dan duduk antara dua sujud. Akhirnya, semoga uraian ini menjadi bahan renungan kita bersama di bulan yang mulia dan suci ini, sekaligus bisa menghantarkan kita mengarungi kehidupan di bulan Ramadhan, baik dalam ibadah maupun kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dituntunkan Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Mudah-mudahan Allah meneguhkan iman Islam kita, mengampuni kita, orang tua kita dan segenap kaum muslimin. Amin....

www.ptcpaidproof.blogspot.com

Kamis, 13 Agustus 2009

Kesalahan-Kesalahan Dalam Bulan Ramadhan (1)

Pendahuluan

Dalam setahun, ada satu bulan yang kedatangannya selalu kita nantikan, ia adalah bulan Ramadhan. Alhamdulillah, bulan yang sangat kita rindukan itu kini telah tiba. Pada bulan ini Allah mencurahkan kebaikanNya untuk segenap hamba-hambaNya yang beriman. Di bulan Ramadhan, kedermawanan Nabi shallallahu alaihi wasallam lebih deras dari hembusan angin. Para Sahabat dan As-Salafus Shalih terdahulu selalu berlomba-lomba menumpuk kebaikan dan amal ibadah di dalamnya. Namun saat ini, kondisi umat Islam sungguh memilukan, mayoritas mereka tak saja lemah untuk diajak ber-fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) di bulan penuh kemuliaan ini, tapi mereka selalu saja hampir sepanjang tahun tak siap dengan amalan-amalan yang semestinya mereka lakukan secara benar.
Karena itu, redaksi berikut ini menyajikan tulisan tentang berbagai kesalahan yang sering dilakukan di bulan Ramadhan.

Risalah ini ditulis oleh seorang ulama yang memiliki perhatian khusus terhadap bulan Ramadhan, di antaranya beliau juga menulis buku "Risalah Ramadhan" (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, cet. Darul Haq), beliau adalah Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah. Bagian pertama dari dua tulisan.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, musim berbagai macam ibadah seperti puasa, shalat, membaca Al-Qur'an, bersede-kah, berbuat baik, dzikir, do'a, istighfar, memohon Surga, berlindung dari masuk Neraka serta macam-macam ibadah dan amal kebajikan lainnya.

Orang yang beruntung adalah yang menjaga setiap detik waktunya, baik di siang atau malam hari untuk berbagai amal perbuatan yang menjadikannya berbahagia serta lebih dekat kepada Allah, sesuai dengan yang diperintahkan, tanpa menambah atau mengurangi. Karena itu, setiap muslim wajib belajar tentang hukum-hukum puasa.

Sayangnya, tak sedikit orang yang melalaikan masalah ini, sehingga banyak terjerumus pada kesalahan-kesalahan.

Kesalahan-Kesalahan

Di antara kesalahan-kesalahan yang jamak (umum) dilakukan orang berkaitan dengan bulan Ramadhan adalah:
1. Tidak mengetahui hukum-hukum puasa serta tidak menanyakannya.
Padahal Allah berfirman: "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui." ( An-Nahl: 43).

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, niscaya ia dipahamkan dalam urusan agamanya." ( Muttafaq Alaih).

2. Menyambut bulan suci Ramadhan dengan hura-hura dan bermain-main.
Padahal yang seharusnya adalah menyambut bulan yang mulia tersebut dengan dzikir dan bersyukur kepada Allah, karena masih diberi kesempatan bertemu kembali dengan Ramadhan. Lalu hendaknya ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, kembali kepada Allah serta melakukan muhasabatun nafs (perhitungan dosa-dosa pribadi), baik yang kecil maupun yang besar, sebelum datang hari Perhitungan dan Pembalasan atas setiap amal yang baik maupun yang buruk.

3. Ta'at hanya di bulan Ramadhan.
Sebagian orang, bila datang bulan Ramadhan mereka bertaubat, shalat dan puasa. Tetapi jika bulan Ramadhan telah berlalu mereka kembali lagi meninggalkan shalat dan melakukan berbagai perbuatan maksiat. Alangkah celaka golongan orang seperti ini, sebab mereka tidak mengetahui Allah kecuali di bulan Ramadhan. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Tuhan bulan-bulan pada sepanjang tahun adalah Satu jua? Bahwa maksiat itu haram hukumnya di setiap waktu? Bahwa Allah mengetahui perbuatan mereka di setiap saat dan tempat?

Karena itu, hendaknya mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat nashuha (sebenar-benar taubat), meninggalkan maksiat serta menyesali apa yang telah mereka lakukan di masa lalu, selanjutnya berkemauan kuat untuk tidak mengulanginya di kemudian hari. Dengan demikian insya Allah taubat mereka akan diterima, dan dosa-dosa mereka diampuni.

4. Beranggapan keliru.
Sebagian orang beranggapan bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk tidur dan bermalas-malasan di siang hari, serta untuk begadang di malam hari. Lebih disayangkan lagi, mayoritas mereka begadang dalam hal-hal yang dimurkai Allah, berhura-hura, bermain yang sia-sia (seperti main kartu dsb.), menggunjing, adu domba dan sebagainya. Hal-hal semacam ini sangat berbahaya dan merugikan mereka sendiri.

Sesungguhnya hari-hari bulan Ramadhan merupakan saksi ta'atnya orang-orang yang ta'at dan saksi maksiatnya orang-orang yang ahli maksiat dan lupa diri.

5. Bersedih dengan datangnya bulan Ramadhan.
Sebagian orang ada yang merasa sedih dengan datangnya bulan Ramadhan dan bersuka cita jika bulan Ramadhan berlalu. Sebab mereka beranggapan bulan Ramadhan akan menghalangi mereka melakukan kebiasaan maksiat dan menuruti syahwat. Mereka berpuasa sekedar ikut-ikutan dan toleransi. Karena itu mereka lebih mengutamakan bulan-bulan lain daripada bulan Ramadhan. Padahal ia adalah bulan penuh barakah, ampunan, rahmat dan pembebasan dari Neraka bagi setiap muslim yang melakukan kewajiban-kewajibannya dan meninggalkan setiap yang diharamkan atasnya, mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala yang dilarang.

6. Begadang untuk sesuatu yang tidak terpuji.
Banyak orang yang begadang pada malam-malam Ramadhan dengan melakukan sesuatu yang tidak terpuji, bermain-main, ngobrol, jalan-jalan atau duduk-duduk di jembatan atau trotoar jalan. Pada tengah malam mereka baru pulang dan langsung sahur kemudian tidur. Karena kelelahan, mereka tidak bisa bangun untuk shalat Shubuh berjamaah pada waktunya.

Ada banyak kesalahan dan kerugian dari perbuatan semacam ini:
• Begadang dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. Padahal Nabi shallallahu alaihi wasallam membenci tidur sebelum Isya' dan bercengkerama (ngobrol) setelahnya kecuali dalam hal kebaikan. Dalam hadits riwayat Ahmad, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh bercengkerama kecuali bagi orang yang shalat atau bepergian." (As-Suyuthi berkata, hadits ini hasan).
• Sia-sianya waktu mereka yang sangat berharga. Mereka sama sekali tidak memanfaat-kannya sedikitpun. Padahal masing-masing orang akan menyesali setiap waktu yang ia lalui tanpa diiringi dengan mengingat Allah di dalamnya.
• Menyegerakan sahur sebelum waktu yang dianjurkan. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menganjurkan sahur pada akhir malam sebelum terbit fajar.

Musibah terbesar mereka adalah tidak dapat menunaikan shalat Shubuh berjamaah tepat pada waktunya. Betapa tidak, sebab pahala shalat Shubuh berjamaah menyamai shalat satu malam atau separuhnya. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: "Barangsiapa shalat Isya' berjamaah maka seakan-akan ia shalat separuh malam dan barangsiapa shalat Shubuh berjamaah maka seakan-akan ia shalat sepanjang (satu) malam." (HR. Muslim dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu).

Orang yang meninggalkan shalat Shubuh secara berjamaah tersebut berkarakter sebagaimana orang-orang munafik, mereka tidak melakukan shalat kecuali dalam keadaan malas, mengakhirkan waktunya dan tidak berjamaah. Mereka mengharam-kan dirinya dari mendapatkan keutamaan serta pahala yang besar.

7. Hanya menjaga hal-hal lahiriah.
Banyak orang yang menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa secara lahiriah seperti makan, minum dan bersenggama dengan isteri, tetapi tidak menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa secara mak-nawiyah seperti menggunjing, adu domba, dusta, melaknat, mencaci, memandang wanita-wanita di jalanan, di toko, di pasar dan sebagainya.

Seyogyanya setiap muslim memperhatikan puasanya, menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan dan membatalkan puasa. Sebab betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga belaka. Betapa banyak orang yang shalat, tetapi ia tidak mendapatkan kecuali begadang dan letih saja. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum."(HR. Al Bukhari).

8. Meninggalkan shalat taraweh.
Padahal telah dijanjikan bagi orang yang menjalankannya -karena iman dan mengharap pahala dari Allah- ampunan akan dosa-dosanya yang telah lalu. Orang yang meninggalkan shalat taraweh berarti meremehkan adanya pahala yang agung dan balasan yang besar ini.

Ironinya, banyak umat Islam yang meninggal-kan shalat taraweh. Barangkali ada yang ikut shalat sebentar lalu tidak melanjutkannya hingga selesai. Atau rajin melakukannya pada awal-awal bulan Ramadhan dan malas ketika sudah akhir bulan. Alasan mereka, shalat taraweh hanyalah sunnah belaka.

Benar, tetapi ia adalah sunnah mu'akkadah (sangat dianjurkan) yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Khulafaur Rasyidin dan para Tabi'in yang mengikuti petunjuk mereka. Ia adalah salah satu bentuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dan salah satu sebab bagi ampunan dan kecintaan Allah kepada hambaNya. Orang yang meninggalkannya berarti tidak mendapatkan bagian daripadanya sama sekali. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian. Dan bahkan mungkin orang yang melakukan shalat taraweh itu bertepatan dengan turunnyaLailatul Qadar, sehingga ia mendapatkan keberuntungan dengan ampunan dan pahala yang amat besar.

9. Puasa tetapi tidak shalat.
Sebagian orang ada yang berpuasa, tetapi meninggalkan shalat atau hanya shalat ketika bulan Ramadhan saja. Orang semacam ini puasa dan sedekahnya tidak bermanfaat. Sebab shalat adalah tiang dan pilar utama agama Islam.

10. Bepergian agar punya alasan berbuka.
Sebagian orang melakukan perjalanan ke luar negeri pada bulan Ramadhan untuk tujuan yang baik, tetapi agar bisa berbuka puasa dengan alasan musafir.
Perjalanan semacam ini tidak dibenarkan dan ia tidak boleh berbuka karenanya. Sungguh tidak tersembunyi bagi Allah tipu daya orang-orang yang suka menipu. Sebagian besar orang yang melakukan hal tersebut adalah para tukang mabuk dan minum-minuman keras. Mudah-mudahan Allah menjauhkan kita dari yang demikian.

11. Berbuka dengan sesuatu yang haram.
Seperti minuman yang memabukkan, rokok dan sejenisnya. Atau berbuka dengan sesuatu yang didapatkan dari yang haram. Orang yang makan atau minum dari sesuatu yang haram tak akan diterima amal perbuatannya dan tak mungkin pula do'anya dikabulkan.

(Bersambung....)

www.ptcpaidproof.blogspot.com

Rabu, 05 Agustus 2009

SAYANG MEREKA BUKAN MAZHABKU

Ujang adalah seorang yang begitu polos dan lugu. Ujang dalam melaksanakan agamanya sekedar mengikuti masyarakat banyak, karena tidak pernah mengerti hakekat Islam yang sebenarnya. Dia mengamalkan ritual-ritual agama sebagaimana masyarakat banyak melakukannya tanpa mengetahui dari mana dasarnya, dia beribadah bukan sebagai mana mestinya menurut Al-qur’an dan Sunnah. Masjid yang ada dikampungnya diadakan pengajian setiap malam jum’at yaitu membaca surat Yaasin setelah itu tahlil bersama-sama. Acara tersebut sudah berjalan ratusan tahun dan tidak pernah berubah dari dahulu hingga kini.
Dikampung lain ada seorang Ajengan yang bernama Abdul Khoir yang populer dengan sebutan Ajengan Khoir. Pada suatu hari Ujang bersilaturrahim ketempat Ajengan Khoir dan menanyakan beberapa hal tentang pokok-pokok masalah agama Islam.
Pertanyaan Ujang yang pertama yaitu: “Apakah umat Islam dialrang meminta selain kepada Allah walaupun hanya untuk perantara, misalanya meminta kepada orang mati yang ada dikubur (Wali, Kiyai, Ulama) dsb”.
Akhirnya Ajengan Khoir menjawab : “Wahai Ujang, Allah itu mengetahui segala perbuatan manusia, lalu Ajeng membuka QS. Ali-Imran (3): 29
29. Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dan Allah itu bahkan lebih dekat dari urat leher kita, lihat QS. Qaaf (50): 16
16. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,


Oleh karena itu jika berdo’a kita mengikuti perintah Allah, lihat QS. Al-Baqarah (2): 186
186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Dan tidak perlu berdo’a lewat perantara, lihat QS. Azzumar (39): 3
3. Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

Selama ini Ujang Jarang membaca dan mendengar isi Al-Qur’an, baru sekarang ini diterangkan Ajengan Khoir dan Ujangpun mengakui kepintaran Ajengan Khoir. Setelah itu Ujang mengajukan pertanyaan yang kedua yaitu : “Apakah betul pendapat masyarakat umum bahwa nanti orang-orang bodoh megikuti saja apa kata gurunya?”. Ajengan Khoir pun menjawab dengan ikhlas dan sabar: “Wahai Jang… Allahmenurunkan Al-qur’an sebagai petunjuk, Lihat QS. Al-Baqarah (2) : 2
2. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
Sedangkan menurut Al-qur’an tidak ada yang bisa menolong kita kecuali amal kita sendiri, seorang bapak tidak bisa menolong anaknya dan seorang anak tidak bisa menolong bapaknya, lihat QS. Luqman (31): 33
33. Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.

QS. Al-Mu’minun (23) :101
101. Apabila sangkakala ditiup Maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.

Begitupun seorang Nabi tidak bias menolong keluarganya, lihat QS. Attahrim (66): 10
10. Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".
Bahkan mendo’akan orang yang tidak mengamalkan agamanya, itupun dilarang oleh Allah SWT, lihat QS. Attaubah (9): 80, 113, dan 114
80. Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. yang demikian itu adalah Karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
113. Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.
114. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah Karena suatu janji yang Telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat Lembut hatinya lagi Penyantun.


Lagi-lagi Ujang mengagumi akan kepinataran Ajengan Khoir.
Pertanyaan yang ketiga, yaitu : ”Apakah betul orang yang pernah bersyahadat walaupun tidak mengamalkan agamanya pasti dijamin masuk syurga sebagaimana pendapat masyarakat banyak?”. Akhirnya Ajeng Khoir menjelaskan: “Orang yang mengaku beriman itu akan diuji” lihat QS. Al-Ankabut (29): 2-3
2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.


Maka barang siapa yang amalannay sesuai dengan Al-qur’an dan Sunnah itulah yang benar, lihat QS. Ali-Imaran (3) : 31-32
31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

Qs. Annisa’ (4) : 13-14
13. (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.
14. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.

Sedangkan orang yang bertentangan dengan Al-qur’an dan Sunnah adalah salah, lihat QS. Al-Ahzab (33) : 36
36. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.

QS. Annisa (4) : 115
115. Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang Telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Oleh sebab itu jangan kita beranggapan bahwa kita akan masuk surga sebelum mengajarkan ajaran Islam, lihat QS. Al-baqarah (2) : 214
142. Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka Telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus"

QS. Ali- Imran (3) 142
214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
142. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.

Ujangpun merasa puas dan kembali kekampungnya serta berjanji akan mengaji kerumah Ajengan KHoir.
Suatu ketika Ujang hendak mengaji lagi ke Ajengan Khoir, tiba-tiba pamannya yang bernama Mang Tohar bertanya kepada Ujang : “Mau kemana Jang?”.
Ujang menjawab dengan polos dan lugu : “Abdi mau ngaji ke tempat Ajengan Khoir Mang”.
Mendengar jawaban itu pamannya sangat terperanjat sambil berkata dengan emosi : “Jang kamau jangan mengaji ketempat orang itu karena dia bukan mazhab kita, nqnti kamu terpengaruh dan akhirnya meninggalkan mazhab kita sehingga kamu menjadi sesat”.
Ujang menjawab :”Ajengan KHoir ilmunya luar biasa, jujur, ikhlas dan tidak pernah mengajak kepada mazhabnya, kenapa paman melarang aku?”.
Mendengar kata-kata itu pamannya berkata dengan jengkel : “Waahai Ujang kamu ini anak kemarin sore, kamu itu tau apa? Makanya kalau orang tua member nasehat, kamu ahrus patuhi. Memang Ajengan Khoir pintar, jujur dan ikhlas, tapi wajib kita hindari karena dia bukan pengikit mazhab kita”.
Setelah beberapa hari Ujang bertemu dengan Ajengan Khoir dan ditanyakan kenapa Ujang tidak mengaji kembali, dengan polos Ujang menjawab :”Dilarang pamanku”.
Akhirnya Ujang berkata dalam hatinya Ajengan memang benar, tetapi saying dia mazhabnya lain.
Dari Buku “SEBAGIAN KAUM MUSLIMIN MASIH NIKMAT DALAM KEBODOHAN”
Oleh. Drs. Mahyuddin HS

Selasa, 04 Agustus 2009

"Terbang Atau Tidak Terbang Pokoknya Kambing"

Dua orang sahabat karib sedang berjalan dikegelapan malam, yang satu bernama Ahmad yang satu bernama Mansyur. Keduanya melihat bayang-bayang hitam yang agak samar. Ahmad menerka bahwa bayangan itu adalah seekor burung yang sedang mengepakkan sayapnya dan paruhnya mencabut bulu yang ada dibadannya lalu Ahmad berseru: “Sudah malam begini ada burung yang belum juga tidur”. Mendengar kata-kata itu Mansyur berkata: “Tidak mungkin itu burung karena biasanya yang ada disitu adalah kambing. Maka pasti itu kambing.”

Untuk membuktikan kebenarannya, maka keduanya sepakat untuk mendekati benda tersebut. Setelah mendekatinya, binatang itu terbang, lalu Ahmad berkata: “Batul kan apa kata saya bahwa itu adalah burung”. Mendengar kata-kata Ahmad, Mansyur berkata dengan suara keras dan emosi: “Biar terbang atau tidak terbang pokoknya kambing”.

Dengan lemah lembut dan menahan kesabaran Ahmad berkata: “Engkau melihat dengan mata kepala sendiri bahwa binatang tadi terbang, menurut logika mana mungkin kambing bisa terbang?”. Untuk mempertahankan gengsinya Mansyur menjawab: “Dari dulu juga orang tahu kalau biasanya disitu adalah kambing, dan kalau memang Allah menghendaki kambingpun bisa terbang karena Allah berkuasa atas segala sesuatu dan jika Allah menghendaki hanya berkata “kun fa yakun”. Seperti yang dikatakan dalam QS. Yasin (36) : 82 dan QS. Ali-Imran (3) : 29”.

“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “jadilah maka jadilah ia”. (QS. Yasin (36) : 82)

“Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali-Imran (3) : 29).

Setelah peristiwa ini disampaikan kepada masyarakat, justru masyarakat awam membenarkan pendapat Mansyur, karena Mansyur sebagai pemimpin agama dan umurnya lebih tua dari Ahmad. Masyarakat menganggap tidak mungkin Mansyur itu salah, karena Mansyur seorang ulama, sedangkan masyarakat tahu bahwa ulama adalah pewaris Nabi.
Dengan penuh kasih keikhlasan, Ahmad menjelaskan bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu, tetapi tidak bertentangan dengan sunnatullah itu sendiri, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab (33) : 62

“Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang Telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah”.

QS. Al-Fath (48) : 23 “ Sebagai suatu sunnatullah[1403] yang Telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu”. [1403] Sunnatullah yaitu hukum Allah yang Telah ditetapkannya.

Qs. Fathir (35): 43 “Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan Karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang Telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu[1261]. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu”. [1261] yang dimaksud dengan sunnah orang-orang yang terdahulu ialah Turunnya siksa kepada orang-orang yang mendustakan rasul.

Qs. Ali-Imran (3) : 137 “Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah AllahKarena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.

Sambil memberikan perumpamaan bahwa Allah menciptakan Adam menjadi manusia dewasa, tetapi setelah anak cucu Adam secara sunnatullah harus lewat bayi yang kecil dan berproses menjadi dewasa. Begitu juga Allah menciptakan Ustadz Mansyur dari kecil yang tidak mengerti apa-apa lalu berproses menjadi dewasa dan menjadi pandai sehingga menjadi seorang ulama yang terkenal. Walaupun Allah berkuasa dan mampu menjadikan Ustadz Mansyur menjadi orang dewasa dan langsung menjadi ustadz yang terkenal, tetapi ia bertentangan dengan sunnatullah.

Mendengar jawaban yang sangat ilmiah dan argumentative itu, Mansyur tidak bisa berdalil lagi, tetapi unutk menjaga kewibawaannya serta reputasi dirinya supaya tidak jatuh dimata masyarakat, karena masyarakat mengkultuskannya, akhirnya ia berkata : “Wahai Ahmad! Aku ini telah puluhan tahun belajar agama dan puluhan ulama sebagai guruku. Kalau aku salah, berarti guruku juga salah. Kalau guruku salah berarti gurunya juga salah, kalau gurunya salah berarti ulama sifulan juga salah. Kalau ulama si fulan juga salah berarti imam anu juga salah. Apakah pantas kalau semua itu salah, dan kalau salah dia pasti masuk neraka. Apakah pantas ulama-ulama besar masuk neraka dan kamu sendiri yang paling benar?”.

Dengan nada yang sangat emosi, masyarakat awam menuduh Ahmad mengikuti aliran sesat, bahkan menganggap murtad dari agama Islam dan tidak menghormati para ulama.
Akhirnya Ahmad tidak mungkin melanjutkan diskusinya karena suasananya begitu emosional. Sambil meninggalkan tempat itu dan bergumam dalam dalam hatinya: “Betapa sulit menerangkan kebenaran kepada orang yang mantiknya sudah mentok”.

Dari Buku “SEBAGIAN KAUM MUSLIMIN MASIH NIKMAT DALAM KEBODOHAN”
Oleh. Drs. Mahyuddin HS

Cerita Muallaf

Islam adalah agama yang benar, yang semakin dikaji maka semakin terungkap kebenarannya, berapa banyak orang-orang yang mendapatkan hidayah yang pada awal mulanya ingin mencari kelemahan Islam tapi justru yang didaptkan adalah kebenaran.

Wayan Suwarni, sepintas membaca namanya maka yang terbayang dalam benak kita bahwa pasti dia adalah orang Bali, dan memang demikianlah kenyataannya. Tapi yang mungkin kita tidak mengenalnya kalau dia adalah seorang Muslimah. Ya, dia seorang muallaf. Ditemui dikediamnnya dia menceritakan kisahnya bagaimana dia mengenal Islam, dan akhirnya menjadi pilihan, serta beratnya tantangan yang dihadapi.
Wanita kelahiran Bali ini menceritakan bahwa dia mengenal Islam ketika tahun 1990-an. Pertama-tama dia tertarik dengan suara azan, “ketika mendengar azan perasaan saya kok tenang, adem, dan perasaan-perasan lain yang membuat hati saya merinding”. Ujarnya. Sejak saat itulah dia memulai pengembaraannya mencari kebenaran Islam.

Dia sangat senang dengan ceramah-ceramah KH. Zainuddin ,MZ, kemudian banyak membaca buku-buku Islam. Selama dalam pencarian akan kebenaran Islam, orang tuanya sudah tahu dan berusaha menghalanginya untuk masuk Islam. Sekitar tahun 1996 keinginan itu semakin kuat, tapi masih takut dan khawatir dengan keluarga, akhirnya keinginannya untuk masuk Islam tak tertahankan, “saya takut jangan sampai meninggal sedangkan saya belum Islam” ujarnya.

Akhirnya tahun 2001 dia bertekad masuk Islam apapun resikonya, maka dengan mantap dia mengikrarkan dua kalimat syahadat sekalipun dengan cara sembunyi-sembunyi, dia di Islamkan oleh H. Abu Ali.

“Waktu itu bulan Ramadhan sayapun sudah melaksanakan ibadah puasa, namun satu minggu kemudian saya sakit, disitulah ketahuan kalau saya sedang puasa dan sudah menjadi Muslimah, merka semua marah dan bahkan saya diperlakukan dengan kasar, dipukul, ditendang, dan bahkan diancam akan dibunuh dengan cara dimutilasi, saya diambilkan parang, tapi untung masih ada keluarga lain yang menghalangi. Malam itu saya diusir dari rumah”. Kenangnya.

Maka diapun meninggalkan rumah dan tinggal dirumah salah seorang Muslimyang dia anggap sebagai orang tua angkat, dialah yang banyak memberikan dorongan dan motivasi supaya bersabar dan tetap istiqomah.

Katika ditanya bagaimana perasaannya setelah masuk sebelum dan setelah masuk Islam?.

“Kalau sebelum Islam tidak pernah merasa tenang, dan selalu gelisah, hampa dan tidak ada tujuan, Pada saat pergi ke tempat ibadah yang saya rindukan adalah Masjid. Setelah masuk Islam hati saya sudah tenang dan terarah, dan juga mempunyai tujuan yang jelas, apa pun yang terjadi saya serahkan kepada Allah, dan saya tidak pernah ragu untuk melangkah” Jawanya.

“Suatu hari ketika saya sakit, saya bilang ke suster yang kebetulan seorang Muslimah, “suster … kalau nanti saya ada apa-apa, tolong jadi saksi nanti bagi saya di akhirat bahwa saya adalah seorang Muslimah”.

Tahun 2002 akhirnya dia hijrah ke Makassar dan kuliah di Unismuh, dan Alhamdulillah sekarang sudah menjadi PNS di salah satu instansi pemerintah.
Wayan Suwarni adalah salah satu anggota PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) Kota Makassar, sekalipun dia bukan warga keturunan Tionghoa, tapi PITI adalah salah satu organisasi yang tebuka kepada siapa saja, bahkan di PITI ada muallaf dari Toraja, Bali, dan sebagainya, kini dia aktif dipengajian PITI yang dilaksanakan setiap hari Ahad sore.

Semoga istiqomah saudariku …

Hasil wawancara Badaruddin Basir, pada Hari Selasa 28 Juli 2009