Jumat, 05 Juni 2009

Ma'rifatullah

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ada 3 hal yang menjadi pertanyaan utama Malaikat Munkar dan Nakir di alam barzakh, yaitu : 1. Siapa Rabbmu 2. Siapa laki-laki yang pernah diutus kepadamu, 3. Apa agamamu. Inilah tiga landasan pokok yang harus dipahami dan diamalkan seorang Muslim ketika ia ingin menjawab pertanyaan Malaikat Munkar wa Nakir. Dalam tulisan yang sederhana ini akan dibahas tentang Ma’rifatullah.

Ma’rifatullah artinya mengenal Allah, kalau kita mau mengenal Allah, maka kita harus mencari informasi yang benar tentang siapa itu Allah sebenarnya. Ada sebagian dari umat ini memahami ma’rifatullah secara salah karena dia juga mendapatkan sumber informasi yang salah, maka tidak perlu heran kalau ada sebahagian orang yang mengatakan bahwa dia sudah sampai tingkatan ma’rifatullah tapi tidak mau melaksanakan perintah Allah, tidak mau mendirikan sholat. Bahkan dikampung penulis pernah ada yang mengajarkan thrikat tentang ma’rifah, tapi gurunya mengatakan “tidurku lebih baik dari shlat jum’at kalian”. Siapa yang dia contoh ? Rasulullah SAW adalah orang yang paling sempurna ma’rifahnya, tapi pernahkah beliu meninggalkan sholat?, bahkan dalam Riwayat Aisyah R.a. Bahwa Rasulullah SAW mendirikan sholat sampai bengkak kakinya.
Bagaiman kita ber-ma’rifah kepada Allah SWT ?

Pertama : Kenali Allah SWT lewat Al-qur’an dan Hadits Rasulullah SAW, sebab disitulah informasi yang benar tentang siapa itu Allah sebenarnya. Sebagai contoh, kita lihat dalam Al-qur’an S. Al-fatihah ayat 1
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa segala pujian itu hanya diperuntukkan kepada Allah SWT, siapa itu Allah ?. Allah adalah Rabb (pencipta, pemelihara, dan pemberi rezki) seluruh sekalian alam. Orang yang memahami dengan baik ayat ini niscaya tidak akan pernah datang ke tempat-tempat keramat, kuburan, atau semacamnya untuk meminta selain dari pada Allah SWT. Karena semua itu adalah alam yang tidak akan memberikan manfaat dan mudharat.

Ketika membicarakan ma’rifatullah, artinya kita sedang membicarakan tentang Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa. Sedangkan kata Ilah mengandungi arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga sebagai sumber pengharapan. Hal ini termaktub dalam surat An-Naas (114): 1-3. Inilah tema yang dibahas dalam ma’rifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya.
QS. Ar-Ra’du (13): 16 :Katakanlah, “Siapakah Rabb segala langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah.” Katakanlah, “Adakah kamu mengambil wali selain dariNya yang tiada manfaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat?” Katakanlah, “Apakah sama orang buta dengan orang yang melihat? Apakah sama gelap dan nur (cahaya)?” Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa makhluk atas mereka? Katakanlah, “Allah. Allah yang menciptakan tiap tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa.”
Didalam Q.S. Muhammad ayat 19, Allah SWT memerintahkan kita untuk mengenal-Nya:
19. Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.

Ayat ini mengarahkan kepada kita dengan kalimat “ketahuilah olehmu” bahwasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila Al-Qur’an menggunakan sibghah amar (perintah), maka menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini, mengetahui atau mengenali Allah (ma’rifatullah) adalah wajib.
18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Kedua : Kita mengenal Allah SWT lewat Asma Wa sifat-Nya . Makna Tauhid Asma' Wa Sifat
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah RasulNya Shallallaahu alaihi wa Salam menurut apa yang pantas bagi Allah Subhannahu wa Ta'ala, tanpa ta'wil dan ta'thil, tanpa takyif, dan tamtsil, berdasarkan firman Allah Subhannahu wa Ta'ala : "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syura: 11)
Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupaiNya, dan Dia menetapkan bahwa Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka Dia diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat yang Dia berikan untuk diriNya dan dengan nama dan sifat yang disampaikan oleh RasulNya. Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam hal ini tidak boleh dilanggar, karena tidak seorang pun yang lebih mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada sesudah Allah orang yang lebih mengetahui Allah daripada Rasul-Nya.
Maka barangsiapa yang meng-ingkari nama-nama Allah dan sifat-sifatNya atau menamakan Allah dan menyifatiNyadengan nama-nama dan sifat-sifat makhlukNya, atau men-ta'wil-kan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan RasulNya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?" (Al-Kahfi: 15)

Ketiga : Kita mengenal Allah SWT lewat akal fikiran. Begitu banyak Al-qur’an memerintahkan kepada kita untuk memikirkan alam raya ini, diantaranya Firman Allah SWT dam Q.S. (Ath-Thur) 52 : 35
35. Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?
Q.S. Al-Baqarah 190
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,Dan banyak lagi ayat-ayat Allah SWT yang menerangkan tentang alam raya ini, yang menyuruh manusia untuk senantiasa menggunakan akal fikirannya.

Ke empat : Kenali Allah SWT lewat diri sendiri. Untuk mengenal diri, ada beberapa pertanyaan mendasar yang harus kita jadikan sebagi bahan renungan, yaitu :

1. Dari mana kita datang ?
2. Dimana dan untuk apa Allah SWT menciptakan kita?, dan
3. Kemana kita akan pergi ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar