Edisi 7 : Jum’at, 2 Jumadil Ula 1437 H./ 12 February 2016
Salah satu rukun iman yang
wajib kita yakini adalah beriman akan adanya hari akhirat, kehidupan manusia terbagi menjadi dua: kehidupan pendek di Darul
‘Amal dan kehidupan abadi di Darul Jaza.
Darul ‘Amal (tempat beramal)
adalah bumi atau dunia yang kita tempati sekarang ini sampai batas waktu
tertentu yang amat singkat. Dunia adalah tempat dan waktu yang diberikan kepada
kita untuk melakukan amal yang kita kehendaki seperti orang-orang sebelum kita
yang juga telah mengalaminya. Allah swt. berfirman:
“Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat
bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu
adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatupun yang dapat
melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa. Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia
disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi
suatu mahluk yang melata pun akantetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka,
sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Fathir:
44-45)
Setiap lewat sehari,
kesempatan hidup pun berkurang dan kita semakin dekat dengan Darul Jaza (negeri
balasan). Dan bila kesempatan itu benar-benar habis, hidup di dunia ini terasa
kurang dari sesaat. Allah swt berfirman:
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan
mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di
dunia) kecuali hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling
berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka
dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.” (Yunus: 45)
Sedangkan yang dimaksud dengan
Darul Jaza adalah negeri akhirat, tempat manusia mendapatkan balasan semua
perbuatannya di Darul Amal. Dan maut adalah titik perpindahan dari Darul Amal
ke Darul Jaza. Allah swt. berfirman:
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut
nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmu-lah kamu akan
dikembalikan.’ Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang
berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): ‘Ya
Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke
dunia), kami akan mengerjakan amal shalih, sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang yakin.'” (As-Sajadah: 11-12)
“Dan disempurnakan bagi
tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui
apa yang mereka kerjakan. Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam
berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah
pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: ‘Apakah belum
pernah datang kepadamu Rasul-Rasul di antaramu yang membacakan kepadamu
ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?’
Mereka menjawab: ‘Benar (telah datang).’ Tetapi telah pasti berlaku ketetapan
azab terhadap orang-orang yang kafir. Dikatakan (kepada mereka): ‘Masukilah
pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya.’ Maka neraka
Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.
Dan orang-orang yang bertakwa
kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila
mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah
kepada mereka penjaga-penjaganya: ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu.
Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.’
Dan mereka mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya
kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami
(diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki;
maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.’ Dan kamu
(Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling ‘Arsy
bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba
Allah dengan adil dan diucapkan: ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.'”
(Az-Zumar: 70-75)
Hari Akhir
adalah Bukti Keadilan Ilahi
Iman seorang mukmin kepada
hari akhir punya dalil yang kuat. Dalil yang utama adalah informasi semua
Rasul, tanpa kecuali, tentang hakikat hari akhir yang mereka terima dari Allah
swt. Para Rasul adalah orang-orang yang telah menunjukkan kepada manusia
bukti-bukti kebenaran risalah mereka. Namun disamping itu ada juga dalil-dalil
aqli (logika).
Ada banyak dalil aqli. Tapi,
salah satunya adalah dalil logika keadilan Ilahi.
Dalam diri manusia ada
perasaan cinta kepada keadilan. Ini perasaan yang membuat manusia
membenci kezaliman. Pencipta perasaan cinta keadilan dalam diri manusia ini adalah Allah swt., Pencipta
manusia, dan merupakan aksioma bahwa Sang Pencipta lebih agung dan lebih
sempurna dari ciptaan-Nya, dan bagi Allah segala perumpamaan yang sempurna.
Jadi, keadilan Allah swt.
jelas Maha Sempurna, sedangkan makhluknya tidak. Jika rasa keadilan dalam diri
manusia menolak perlakuan sama antara orang zalim dan yang terzalimi, antara
pembunuh dengan korban terbunuh, orang yang taat dengan yang membangkang, maka
keadilan Ilahi yang sempurna tentunya lebih menolak penyamaan antara si zalim
dengan yang dizalimi, antara pembunuh dan terbunuh, antara yang taat dan yang
melakukan maksiat, antara mukmin dengan kafir, dan antara orang baik dan orang
jahat. Allah swt. berfirman:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang
kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.
Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah
(pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang
berbuat maksiat?” (Shad: 27-28)
Namun kita tidak mendapati
keadilan sempurna di dunia. Belum ada balasan yang setimpal atas semua
perbuatan manusia yang baik maupun buruk. Dengan logika keadilan Ilahi yang tak
mungkin diragukan, kita beriman bahwa penghitungan dan balasan amal yang
seadil-adilnya itu akan kita temui di hari akhir sebagaimana diinformasikan
oleh semua Rasul a.s.
Buah beriman kepada hari akhir
1. Cinta dan semangat
dalam melaksanakan ketaatan, mengharapkan ganjaran pada hari itu.
Mencintai sebuah ketaatan merupakan sebuah anugerah
dari Allah bagi siapa yang dikehendaki-Nya, begitu juga bersemangat
tinggi terhadapnya. Orang yang cinta, dia tidak memiliki beban dalam
melaksanakan ketaatan tersebut.
Kita telah mengetahui bahwa bentuk ketaatan yang paling
besar di dalam agama adalah mewujudkan ketauhidan kepada Allah . Allah
berfirman:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan
manusia melainkann agar mereka beribadah kepada-Ku.”(Adz-Dzariyat: 56)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Nabi
memerintahkan setiap orang yang beriman untuk bersemangat melaksanakan segala
yang bermanfaat dan meminta bantuan kepada Allah , dan ini sangat sesuai dengan
firman Allah l ‘Kepada-Mulah kami menyembah dan
kepada-Mulah kami meminta‘. Juga seruan Nabi Hud : ‘Sembahlah
Dia dan bertawakkallah kepada-Nya.’ Maka semangat untuk meraih yang
bermanfaat bagi seorang hamba adalah semangat dalam ketaatan kepada Allah
dan menyembah-Nya, karena yang paling bermanfaat baginya adalah ketaatan kepada
Allah . Tidak ada yang paling bermanfaat bagi seorang hamba kecuali itu. Segala
sesuatu yang membantu dalam ketaatan kepada Allah , merupakan suatu ketaatan
pula, kendatipun perkara itu adalah mubah.” (Lihat Amradhul
Qulub hal. 50)
Beliau juga berkata: “Sesungguhnya semua kebaikan
itu ada dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan semua
kejahatan itu terletak dalam bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Iqamatu Ad-Dalil ‘ala Ibthalu
At-Tahlil 3/54)
2. meninggalkan
maksiat dan tidak meridhainya karena takut akan azab pada hari itu.
Menyelamatkan diri dari perbuatan maksiat dan
melindungi diri darinya merupakan sebuah anugerah yang besar dari Allah , bagi
siapa saja yang dikehendaki-Nya. Karena tidak ada satu pun bentuk kemasiatan
melainkan sangat digandrungi oleh jiwa, bersamaan dengan itu amat sangat
sejalan dengan keinginan Iblis dan bala tentaranya. Siapa yang tidak menyukai
kemaksiatan akan menjadi ejekan dan olokan Iblis sekaligus menjadi sasaran
bisikan jahatnya. Orang yang beriman kepada hari akhir akan berusaha untuk
menyabarkan diri dari segala perbuatan maksiat yang disenangi oleh nafsu dan
setan. Semuanya ini dia lakukan semata-mata mengharapkan balasan dan ganjaran
pada hari kekekalan.
Allah berfirman
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(Az-Zumar: 10)
3.
Hiburan bagi orang yang beriman.
Adanya hari akhir bagi orang yang beriman sesungguhnya
merupakan penghibur. Mengapa? Karena Allah telah mempersiapkan segala
kesenangan yang tidak pernah didapatkan di dunia sebagai balasan dan ganjaran
dari sisi-Nya. Surga sebagai tempat kenikmatan yang akan diberikan kepada
orang-orang yang menutup kehidupan di atas ketaatan, dan melihat Allah sebagai
kenikmatan yang paling besar buat mereka.
Kalau kita mau melihat dengan kacamata yang bersih,
niscaya kita akan mengetahui bahwa tidaklah berarti kekurangan dan kesengsaraan
hidup di dunia bila diganti dan dibandingkan dengan kesenangan yang
dipersiapkan oleh Allah di sisinya kelak. Ironisnya, hal ini seringnya
luput dari benak. Di mana orang merasa hina jika dia menjadi pekerja rendahan,
pencari kayu bakar, tukang becak, pemulung, dan sebagainya. Padahal jika dia
bersabar, itu hanyalah sesaat untuk kemudian mendapatkan kenikmatan yang abadi
dan tidak berakhir. Mungkin orang akan selalu bersedih terhadap segala ujian
yang menimpanya. Bahkan karena besarnya ujian yang disertai tertutupnya jalan
keluar, seringkali seseorang putus asa dengan mengakhiri hidupnya dengan cara
yang sadis dan tidak masuk akal. Hal ini terjadi karena tidak adanya iman, atau
lemahnya iman pada dirinya akan adanya hari akhir sebagai hari pembalasan.
Allah Swt. berfirman:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah: 214)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan
belum nyata orang-orang yang sabar.”(Ali ‘Imran: 142)
Jihad dapat berarti:
1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi
orang-orang Islam;
2. memerangi hawa nafsu;
3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan
umat Islam;
4. memberantas yang batil dan menegakkan yang haq.
Wallahu a’lam
Diambil dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar